Hakikat, dan kejayaan di dunia ini hanya hebat jika gemanya terus berbunyi di akhirat.
Saturday, 21 July 2018
CETUSAN HATI
Bagi saya memperjuangkan atau mengikhlaskan bukanlah pilihan. Ini adalah dua sisi yang tak dapat dipisahkan. Kerana perjuangan tanpa keikhlasan hanya akan menyisakan sakit hati jika apa yang diharap tak sampai. Atau kebahagiaan semu jika harapan itu sampai. Sedang keikhlasan tanpa perjuangan bukanlah keikhlasan, tapi menyerah. Tanpa usaha untuk meraih apa yang diharap.
Jadi kita memilih untuk saling memperjuangkan diiringi dengan keikhlasan. Diniatkan kerana Allah, dan ditujukan untuk Allah.
JARAK
Kau dan aku hanyalah sisa-sisa perasaan. Dari percakapan bermula hingga akal lupa di mana kita berada. Setelah sekian lama mengalami ilusi, kita mencuba mengerti, memeluk hati cukuplah seperlunya. Masih ada hari-hari kita bisa dengarkan desah daun basah.
Helai-helai rumput tersipu, hujan bernyanyi sepi, mungkinkah terlalu yakin pada sendiri. Aku ragu, bisakah sejenak saja kita berbeza sapa. Aku takut, rasa kalut mengusik kesendirian kita. Sebab inilah kita memilih ilusi, dibanding sendiri sebagai sepi. Sebab aku belum mendefinasikan rindu, maka biarlah tak ada sudut pada percakapan kita. Biarkan begitu saja.
Biarpun aku harus berhenti mencintaimu dalam detik dan detak. Biarlah aku pergi meninggalkanmu pelangi dan senja. Langit merah mega, kepak-kepak malaikat memetik gitar sebagai pengiring pergiku. Sebab pergi itu pasti, anggaplah itu caraku mencintaimu. Mari kita mengenal rindu.
Kau pun beranjak, begitu pula aku merangkai jejak. Melepaskan hal-hal tak masuk akal, seperti selalu ada dan bersama. Seolah sudah cukup kita larut. Kuntum-kuntum kesepian yang dulu dipetik, kini mulai tumbuh dan dibiarkan merekah. Kita pun mengenal sepi diantara wewangi perkara hati. Meski telah aku tuliskan di kulit hujan, kesepian adalah sudut terujung dari nestapa. Tapilah hidup tanpa sepipun, kurasakan jua, layaknya luka di tanah syurga; tak sempat kurasa sungai susunya.
Sejak rambutmu terurai melambai-lambai pergi, menyentuh wajah langit, kesendirian mulai menari-nari selimutkan sepi. Aku berjalan-jalan dengan dada menyala-nyala, bertabuh-tabuh mengusir sekawanan merpati. Akhirnya kita sudahpun berjarak. Sebab kita percaya, sejauh manakah rasa setia terkecuali ada jarak mengepak. Seperti apakah kau menjaga namaku di ruang tanpa diriku.
Dan biarlah jarak mengajarkan cinta. Dengan siapa kita mendapatkan nama. Bukankah dulu kita bisa bersama. Saat tak saling sapa kerana jarak, sampai kini kau melekat di hatiku tanpa sekat.
Apapun itu, dari jarak ini aku mulai mengenal rindu. Rasanya yang sendu membuat kupenuh rasa ingin menunggu. Meski harus kufahami, rinduku ini, rindu sembilu, seperti layang-layang melayang lepas dari pemiliknya, terhempas angin tak berarah.
Entahlah sampai di mana aku, adakah yang menyentuh benangku, jatuh pada basah tanah. atau malah tersangkut pada ranting-ranting kering. Tapi itulah rinduku.
Aku merindukanmu pada jarak-jarak yang tak mudah ditebak, meski harus tersentak pada waktu yang tak berdetak. Semoga kau tak beranjak dari namaku.
Aku mencintaimu diantara jarak-jarak yang terselip jejak kita dahulu, walau terhentak tempat yang terungkap. Semoga kau masih sediakan rumah untukku di hatimu.
~ijonkmuhammad
Friday, 20 July 2018
BICARA SAHABATKU....
Kadang kau memang harus berjalan sendiri
Tak punya banyak pilihan
Tapi jangan takut
Tak ada manusia yang benar-benar sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Saat kita dewasa, kita akan semakin belajar untuk mati rasa pada banyak hal. Hingga satu waktu, hal-hal yang dulu menyakiti kita dengan muda...
-
Perjalanan hidup kita tidak seharusnya berpandukan apa yang terbentang di mata sahaja. Ia memerlukan perancangan agar kita dapat mene...
-
Nama penuh: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim Nama bapa: ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim Nama ibu: Ami...
-
Kita selalu dinasihati supaya bersabar, tetapi jarang ditekankan tentang keperluan menepati waktu. Jika sabar itu nilai murni. B...