Sampai pada waktu di mana kita bersyukur atas segala ketidakmudahan yang kita lalui, atas banyak kesedihan yang kita hadapi, atas banyak luka yang kita abaikan seberapa dalam menggores hati.
Waktu di mana justru yang melangit adalah rasa syukur. Hingga hati kita melembut untuk menerima semuanya dengan begitu tenang.
Bukan tak peduli lagi pada bagaimana lelahnya, bagaimana hancurnya, atau seberapa perihnya. Adalah kebaikan kebaikan yang kita harapkan dari kuatnya kita melalui semua itu.
Ah, bila ditanya tidakkah air mata menetes ?
Sudah pasti, sudah tentu sayang.
Tapi biarlah air mata itu kelak menjadi satu kebaikan yang melindungi kita, sebab tidak akan sia-sia air mata yang menetes di hadapan-Nya.
Aku mungkin sudah tak selalu menguatkanmu!
Aku tak sesering dulu menyapamu.
Tapi aku percaya jarak justru mengajarkan kita untuk lebih kuat lagi dalam bergantung pada-Nya! sebagaimana indahnya sebuah pinta yang diajarkan pada kita “Ya Rabb, hanya padaMu aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”
Hanya pada Allah muara dari segala ketakutan, kekalutan juga kekhawatiran.
Hanya Allah yang paling mengerti bagaimana kembali menenangkan hati kita.
Hanya Allah yang kuasa memperbaiki keadaan.
hanya Allah yang tahu pengganti yang lebih baik.
Hanya Allah yang paling mengerti bagaimana menentukan takdir terbaik untuk kita.
Semoga doa doa melangit dengan indahnya. dan kita semakin tak henti melangitkan rasa syukur atas kebaikan kebaikan Allah kepada kita.
menyapa mentari pagi