Friday, 1 May 2020

BICARA RUMI


Hampir semua prasangka, perseteruan, dan permusuhan di dunia ini, berawal dari lidah. Jadilah dirimu! Dan jangan terlalu banyak bermain dalam kata-kata. Dalam lautan cinta, lidah sudah tak memiliki nilai lagi. Pecinta adalah tanpa bahasa.



Di dalam cahayamu aku belajar mencintai, Di dalam keindahanmu aku belajar menulis puisi, Kau senantiasa menari di dalam hatiku, Meski tak seorang pun melihatmu, dan terkadang aku pun ikut menari bersamamu. Dan penglihatan agung inilah yang menjadi inti dari seniku.



Kan, sudah Aku jelaskan padamu! Jangan kesana! Karena yang mengetahui dirimu hanya Aku, Kan, sudah Aku jelaskan padamu! jangan menyatu dengan dunia, Karena pelukis dari tabir tentang kepuasan hati hanya Aku,



Berjalan menuju Tuhan adalah kerja hati, bukan kerja akal. Jadikan hatimu sebagai penuntunmu, bukan kepala yg di atasnya ditumbuhi rambutmu. Jadikan dirimu sebagai seseorang yg memiliki kesadaran atas dirinya sendiri. Jgn seperti mereka yang tak mampu menyaksikan jiwanya sendiri



Ada suatu tempat yang lahir dari kesunyian, Suatu tempat di mana bisikan-bisikan hati membumbung tinggi, Adalah suatu tempat di mana suara-suara menyanyikan keindahanmu, Suatu tempat di mana setiap nafas mengukir bayangmu, Di dalam jiwaku.



Di dunia ini hanya ada satu keutamaan, dan itu kesadaran. Dan hanya ada satu dosa, dan itu kejahilan. Dan adapun diantara keduanya, keterbukaan dan ketertutupan setiap mata adalah satu-satunya pembeda antara manusia sadar dan manusia jahil.



Ucapan selamat tinggal hanya untuk mereka yang mencintai dengan mata mereka. Karena bagi mereka yang mencintai dengan hati dan jiwa, tak kan ada yang namanya perpisahan!



Saat kita dewasa, kita akan semakin belajar untuk mati rasa pada banyak hal. Hingga satu waktu, hal-hal yang dulu menyakiti kita dengan muda...