Hidup demi hidup, hanyalah begini saja
yang dileburkan oleh waktu
barangkali, jemari telah lelah
mengelupas duka kau dan aku.
Tapi, aku masih saja meraba dada, tempat segala nyeri bermuara
tak perluku mengabarkan tentang bulir air mata atas luka
......dan kita saling menziarahi diri
mengingat segala yang bererti.
Malam dan rembulan juga telah bersaksi cintaku sebanyak lukaku
maka izinkan aku sekali ini merengkuh di kedalamanmu
meski tahu; aku pasti tenggelam....
PULANGLAH....
Bahkan waktu tak pernah cukup untuk kita saling melupakan
Lalu mimpi, tak pernah mampu kita temukan,
Hingga sunyi menyeret-nyeret kita kembali
kepada riwayat- riwayat pedih yang pernah dituliskan ke dalam puisi
Pulanglah, sebelum hujan turun
pulanglah sebelum kesedihan di sudut mataku mengembun
Pulanglah, agar kau tahu, namamu selalu ada di setiap hela nafasku....
~kredit satu kata satu rasa.