Tuesday, 6 June 2017

BAGIAN YANG HILANG



Pernah ku mendengar sebuah kalimat, yang ku rasakan begitu mengada-ada.

"Cintai seseorang sepenuh hatimu. Namun jangan sampai kau kehilangan dirimu sendiri. Terlebih ketika ia pergi."

Bagaimana mencintai seseorang mampu membuatku kehilangan diriku sendiri? Bagaimana itu bisa jadi hal yang masuk akal? Bagaimana?

Setelah bertemu duniaku serupa baru. Segala hal perihal kau, menjadi sepenuhnya urusanku. Tak ada lagi aku atau kau. Yang ada hanyalah kita. Setidaknya itu bagiku.

Menyedihkan bahawa fakta di masa selanjutnya berkata lain. Kau pergi. Seingin tahu apa pun aku atas alasanmu pergi, tak mengubah fakta bahawa kau memang pergi. Maka kubiarkan semuanya terjadi seperti yang seharusnya.

Tahukah kau aku menjadi serupa kosong. bagiku dunia tak lagi sama. Bagiku, aku tak mungkin kembali menjadi aku yang dulu. Bagiku, kepergianmu membuat ruang menganga yang besar dan tak bisa diisi dengan hal lain, kecuali dengan dirimu sendiri, satu.

Ku sedari fakta, sekarang aku mengerti kalimat terdahulu, yang ku fikir tak masuk akal.

Barangkali lakuna itu bernama bahagia, Dan tentu saja, bagiku itu adalah kau...






Mencintaimu seperti sebuah perjalanan waktu menuju diriku sendiri,
Tanpa khwatir tersesat dan tak tahu arah pulang.

Betapa kelelahan mampu membuatmu melupakan banyak hal.
Namun ku mohon, buatlah satu pengecualian, memberi kabar padaku
sesingkat apa pun itu..


Semoga ketika sedang bersama denganmu, aku tidak merindukan diriku
sendiri, Dan ketika kenyataan adalah sebaliknya,
mungkin memang sudah waktuku untuk melepaskan dirimu.


Saat kau bertemu seseorang yang baru dalam hidupmu , kau harus menjaganya.
Bukan memenjarakannya. Menjaga adalah mensyukuri kehadiran.
Memenjara adalah menghalanginya berkembang.
Fahami bezanya agar tidak keliru mengambil tempat.

Hal-hal manis berupa tulisan, lirik lagu, dan apapun biasanya muncul kerana ingatan
yang didasari rasa syukur. Begitulah seharusnya kau tahu
Perihal segala tulisanku, perihal kau.

Rindu dan cinta, seringkali terlalu liar untuk dikendalikan manusia.
Maka menulislah Seminis-manis tebu, sepahit-pahit hempedu..
~Tia Setiawati.



Saat kita dewasa, kita akan semakin belajar untuk mati rasa pada banyak hal. Hingga satu waktu, hal-hal yang dulu menyakiti kita dengan muda...