Kamu adalah ketidak pastian yang selalu aku harapkan. Kamu adalah penantian yang tak berniat untuk pulang. Semua luka yang membekas. Menjadi bukti bahawa kamu tidak menunjukkan rasa cemas.
Tak ada peduli, tak ada pengertian untuk diri. Sebenarnya, apa yang sedang aku perjuangkan? Dari kamu yang bahkan tak peduli pada luka perasaan.
Cinta adalah petualang. Patah hati adalah rintangan. Kadang , menyerah selalu menjadi pilihan alternatif bagi hati yang terlampau lelah.
Dan itu tidak salah.
Sebab lelah pun selalu mempunyai batas. Kembali pulang barangkali menjadi keputusan yang paling pantas.
Sayang sekali kita tidak berubah. Keegosan yang turut hadir dalam hubungan, membuat perasaan kita kian renggang. Peduli kita berkurang, sebab tidak ada kesedaran dari kita untuk mengobrol dan berbincang.
Kita yang sekarang, bukanlah kita yang dulu kala. Kita yang sekarang adalah kita yang tengah menapaki fasa jenuh dari cinta.
Jangan rapuh, jangan patah sekalipun, kali ini engkau harus seringkali menahan airmata untuk tidak terjatuh. Biarkan dunia cukup untuk melihat wajah meneduhkanmu, dan tidak perlulah mengetahui seberapa sulitnya engkau menghadapi semuanya sendirian.
kala sakit ini menyapa berbisiklah dalam lirih doamu, Allah mendengar.
Dan hanya Allah yang kuasa memperbaiki semuanya untuk kembali menjadi baik-baik saja.
Kuatlah....
~ Arief Aumar Purwanto