Aku telah cukup bahagia kerana mencintaimu dan dicintaimu.
Tidak perlu lagi kau mengajariku bagaimana itu bahagia.
Sebab kau adalah kebahagiaan yang Tuhan ciptakan khusus untukku.
Malam ini izinkan aku mengungkapkan segala kebahagiaan yang kurasakan kerana kau masih menjadi "aku" hingga detik ini. Izinkan aku menyampaikan bahawa disaat duka dan laraku pun aku masih menemukan kebahagiaan setiap melihat mata teduhmu.
Tak perlu kau khuatirkan jarak yang jauh atau waktu yang panjang ini, sebab ini hanyalah badai yang pasti akan berlalu.
Akan datang masa di mana aku dan kamu saling bermesraan di bawah bulan yang manis, dan langit yang luas. Hingga kita tua. Tanpa perlu berasa sedih, tanpa perlu merasa takut, tanpa perlu menangis. Hanya akan ada kebahagiaan.
Sebab setiap pasangan memiliki kisahnya masing-masing. Dan bagiku kamu adalah kisah yang hingga mati akan selalu aku banggakan.
'Badai Tuan telah berlalu. Salahkah aku menuntut mesra. Tiap pagi menjelang kau disampingku. Aku aman ada bersamamu. Selamanya. Sampai kita tua. Sampai jadi debu. Ku di liang yang satu. Ku di sebelahmu'
~Bandaneira
Mungkin kerana jarak telah mengajarkan apa erti menyakini dan percaya. Dan mungkin segala yang ada diantara kita mengajariku lebih banyak erti sabar dan mengalah. Aku menjadi orang yang terlatih menjadi kuat untuk menghadapi segala ujian yang kamu cipta diantara aku dan penantianku.
Kamu berkata bahawa bila aku bersabar dan cukup kuat menunggumu maka segala mimpi yang aku karang menjadi nyata di setiap tidurku, akan benar-benar menjadi nyata.
Namun, apa yang terjadi? Kita seperti dua orang yang salah satunya menggapai, dan yang lain berusaha melepas. Mungkin aku sudah pada batas lelah untuk berdiri bahkan duduk maupun tidur di satu tempat hanya untuk menunggu kesabaranku berbuah manis. Sebab percuma sahaja, kau tidak sedang menujuku.
Dan kau telah membangun istana dengan pagar beton tinggi yang menjulang hanya untuk membuatku berhenti menujumu. Lalu apa maumu? Membuatku menghabiskan sisa hidupku hanya buah pahit yang akan kau berikan?
Bodohku mencintaimu itu ada batasnya....
Mungkin kerana jarak telah mengajarkan apa erti menyakini dan percaya. Dan mungkin segala yang ada diantara kita mengajariku lebih banyak erti sabar dan mengalah. Aku menjadi orang yang terlatih menjadi kuat untuk menghadapi segala ujian yang kamu cipta diantara aku dan penantianku.
Kamu berkata bahawa bila aku bersabar dan cukup kuat menunggumu maka segala mimpi yang aku karang menjadi nyata di setiap tidurku, akan benar-benar menjadi nyata.
Namun, apa yang terjadi? Kita seperti dua orang yang salah satunya menggapai, dan yang lain berusaha melepas. Mungkin aku sudah pada batas lelah untuk berdiri bahkan duduk maupun tidur di satu tempat hanya untuk menunggu kesabaranku berbuah manis. Sebab percuma sahaja, kau tidak sedang menujuku.
Dan kau telah membangun istana dengan pagar beton tinggi yang menjulang hanya untuk membuatku berhenti menujumu. Lalu apa maumu? Membuatku menghabiskan sisa hidupku hanya buah pahit yang akan kau berikan?
Bodohku mencintaimu itu ada batasnya....