Saturday, 4 November 2017

BICARA SAHABAT


Barangkali kerana kebaikan kecil yang bahkan kita lupa pernah melakukannya, banyak hal baik yang kita temukan saat ini. Fikirkan kalau kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tak perlu diingat sama sekali, kerjakan kemudian lupakan tanpa mengharap balasan apa lagi sibuk menceritakannya berulang kali ke setiap orang, membangga-banggakannya.

Barangkali hidup kita akan penuh dengan ketakjuban, sebab banyak hal baik kita temukan sekaipun mungkin kita sedang mendapat musibah. Barangkali keikhlasan itu seperti itu. Seperti kita lupa saat kebaikan yang pernah kita lakukan. Tapi ada yang mencatatnya dan siap mengganjarnya, entah di dunia, entah di akhirat...





Aku pernah begitu kuat bertahan dalam setiap ketakutanmu. Aku pernah begitu sabar menenangkan rasa cemasmu. Kau yang tak yakin akan kita, sementara bertahan sebab aku terlalu keras membuktikan cinta.

Kau nyatanya memang tak sepenuh hati. Punah sudah semua yang aku anggap termiliki. Kita benar-benar didera luka tak terkira. Robek dalam dada meski pada kulit terlihat mulus  sahaja.

Kau menghabisi nafas yang kubangun atas rasa percaya. Kau menguliti semua yang kuanggap bahagia. Luluh dan jatuh berkali-kali menghentam kita. Hingga tak ada satu pun yang terselamatkan atas segala pergi yang tersisa. Kau lebih tenang saat jauh.

Biarlah aku pulih sendiri. Kutata hati dan tak akan dan tak akan kupaksa hati memlilikimu lagi. Dari sini di sudut luka yang kau tusuk dalam: kurapal doa-doa semoga kau tetap bahagia, untuk hati siapa pun tempatmu berdiam...


~boychandra


~Rasanya begitu kelu untuk membahasakan aku dan kamu dengan kata kita. Bukan kerana aku tak mahu. Aku hanya rasa begitu khuatir untuk berharap tinggi, setelah kesekian kali.  Terlebih padamu, yang membuatku merasa jauh berbeza dengan banyak di masa lalu...



Pada bagian tersedih dalam hidupmu, akan selalu ada seseorang yang bersedia menerbitkan senyum untuk kedua pipimu.

Akan selalu ada seseorang yang bersedia mendoakan kebahagiaanmu, kerana tahu kamu perlu tertawa setiap harinya.

Akan selalu ada seseorang yang bersedia menampung seluruh ceritamu, meski bagimu tidak ada sedikit pun hal yang menarik.

Akan selalu ada seseorang yang bersedia menghadapi kerumitanmu dengan kadar yang sama seperti pertama kali dia belajar memahamimu...

Bahkan,
Ketika kamu merasakan tidak ada lagi yang berpihak padamu, tetap akan selalu ada seseorang yang ingin menggenggam tanganmu, seraya menyakinkanmu bahawa semua hari buruk akan berlalu.

Dan jika kamu ingin tahu siapa dia, carilah dia diantara hiruk pikuk dalam kepalamu...

~sebab di sana ada aku, yang selalu bersedia, menjadi seseorang itu...

~akan ada titik di mana setiap orang terbentur antara perasaan dan kenyataan. Apa yang ia rasakan, berbeza dengan kenytaan. Seiring waktu saat usia bertambah, kau akan semakin mengerti bahawa menuruti perasaan bukanlah hal yang selamanya tepat. Seperti perasaanmu kepadanya?
Kenyataannya mungkin bertolak belakang dan upayamu untuk menuruti perasaanmu selalu membuahkan kekhuatiran...




Selalu saja. Pada akhirnya kau menemukan orang yang mencintaimu, dan aku meratapi kehilangan orang yang begitu aku cintai tetapi ternyata ia tidak mencintaiku sama sekali...


Bila nanti, nyatanya kita saling menghindari dan tidak lagi saling mencari, ingatlah dengan baik: bahawa setidak menyenangkan apapun akhir kisah ini, aku pasti akan mengingatmu sebagai seorang yang pernah mengasihiku dengan baik.

Bila nanti kamu mendadak meragu, kamu sangat boleh percaya hal ini, bahawa jauh sebelum aku mengenali senyummu, jauh sebelum cerita-ceritamu mencanduku, jauh sebelum aku meletakkan kekagumanku pada kalimat-kalimat cerdas nan manismu, aku bersyukur seseorang sepertimu bersedia singgah di sini.

Bila nanti, kamu mengenang masa disaat aku ingin bersamamu- mesti berantakan apa pun kamu, ketahuilah itu hanya upaya sederhanaku untuk memastikan; bahawa perasaanmu padaku masih cukup banyak untuk membuatmu menyayangiku hingga besok dan besoknya lagi....

Bila nanti, seseorang yang kamu pilih di kemudian hari untuk menjadi penyebab bahagiamu bukan lagi aku, maka aku hanya ingin menyampaikan terima kasih;

~ terima kasih kerana telah mengajariku cara untuk membaik dan terus membaik.

~ terima kasih kerana sudah mahu memahami semua duka dan luka yang kurasakan, yang ternyata, lebih baik dari siapa pun.

~ terima kasih kerana pernah menolongku dari semua idea-idea burukku dan pemikiran yang salah.

~ terima kasih untuk waktu, kisah dan segala yang menyenangkan yang pernah kamu bagikan denganku.


Aku pernah bahagia saat itu. Sangat. Dan jikalau tidak lagi saat ini, tidak mengapa. Aku telah cukup bahagia di saat itu dengan kamu...


~ mungkin kita terlalu bahagia, sampai akhirnya dipaksa mengakhiri sesuatu yang tak pernah ada.



Saat kita dewasa, kita akan semakin belajar untuk mati rasa pada banyak hal. Hingga satu waktu, hal-hal yang dulu menyakiti kita dengan muda...