Friday, 25 August 2017

SANG PELAMUN



BELAYAR BERSAMAMU


ternyata benar kata orang
hidup itu seperti belayar
angkat jangkar
kembangkan layar
ikuti arah mata hati
selaraskan dengan tuju
arahkan ke tempat itu
sebuah pulau yang belum bertuan
terlihat persisirnya idaman
arahkan ke pulau itu

lalu akan ada badai
seperti seorang pelayar sejati
badai dan pusaran hidup tidak kita hindari
kita nanti


nanti
waktu bukanlah lagi sebuah masalah
pun jarak tak pernah membuat lelah
kerana sesaat kita berhenti dan bertemu
belahan hati - peneman setia


yang ternyata benar itu adalah kamu...










YAKIN


ada jarak antara di sini dan di situ
terdengar mudah 
dekat saja

ada maksud antara ini dan itu
terlihat mudah
rentan patah

ada saling antara aku dan kamu
tak mendengar
tak melihat
kita percaya 
tanpa memusingkan segala






MENGENALIMU


tanpa menahan nafas
aku menyelamimu
dirimu yang jernih dan manis
hingga pekat dan tak tergambarkan
aku kenali sedemikian


tidak ada waktu yang menjadi ukuran untuk mengerti seseorang
seberapa dalam kau melihat
seberapa dalam yang kau kecap
itu menjadikanmu seseorang yang paling dekat
tak peduli jarak dan waktu
kau yang paling lekat dan satu.






Akan datang saatnya kepahitan terungkap sebagai kebaikan. Memang perlu proses pendewasaan diri agar sampai dengan selamat di titik itu. Tidak perlu terburu-buru.


Ku jelajahi waktu dan bertemu dengan diriku yang dulu. Aku berkata pada  diriku yang telah sekian waktu menghabiskan harapan dengan mengejar sosok matahari. "Berhentilah. Kau nantikan lebih lelah sendiri."


Sebelah mataku bermain dengan hati. Sebelah yang lain terlihat terkatup. Menutup diri dari segala kemungkinan. Aku berkata pada diriku yang dulu. Aku berkata pada diriku yang dulu. "Berhentilah menutup mata. kerana kau tahu jelas itu percuma." kerana yang kau buntuhkan bukan melihat. Tapi mendengar juga, kan?"








BISIKAN


bisikanmu ku dengar lagi
entah dari sarang yang mana
aku sempat mencari
aku hanya menemukanmu  di masa lalu
bukan di masa depan
namun bisikanmu masih menderu
tak berkesudahan

ah, kau sudah jadi hantu ya?
bayang-bayang makin pekat menganggu
bisikanmu kudengar lagi
aku kini menyedari,
lalu berusaha tak peduli.




DARI DALAM SEBUAH TULISAN


aku bersajak dengan disiram cahaya bulan
yang masuk ke sela-sela ventilasi kamarku
terdengar pula suara ombak yang riang
yang bersimfoni dari persisir pantai yang tak tenang
desir-desir nadir itu
semakin nyata tanpa sebuah hadirmu

di kealpaanku, aku mencarimu
aku bersiasat dengan waktu
hingga nyala-nyala lampu yang sementara kuhidupkan ini
pelahan meredam
dalam diam
aku meramumu kata untuk hari jadimu


disetiap rindu dua manusia
ada sebuah harapan
harapan untuk yang terbaik
harapan untuk jadi lebih baik


sampai harapan itu jadi kenyataan
tak lepas pula baik dan buruk
manis dan pahit
aku dan kamu
harapan selalu menyimpan pesan untuk masa depan


aku di sini jauh-jauh darimu
masih pula bersajak
memerdekakan jejak-jejak
yang sempat dalam kautanam
agar kita selamanya selalu memikirkan -  merasakan
kerana hanya dari sebuah fikiran
sebuah tulisan jadi sebuah kenyataan


seperti harapan
tulisan pun mempertemukan
bersabarlah sayang, di masa depan
kita kelak melepas liarnya kerinduan

buah dari besarnya harapan yang sedari dulu kita tanam




~sangpelamun


Saat kita dewasa, kita akan semakin belajar untuk mati rasa pada banyak hal. Hingga satu waktu, hal-hal yang dulu menyakiti kita dengan muda...